Banner 1
Artikel Kasus Kesehatan Mental - Seroquel

Artikel Kasus Kesehatan Mental

Artikel Kasus Kesehatan Mental – Selamat datang di website resmi (Ikatan Psikiatri Indonesia). Kemajuan dalam ilmu dan teknologi medis-kesehatan telah memungkinkan dokter pada umumnya dan psikiater pada khususnya untuk memberikan perawatan kesehatan profesional.

Ikatan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia Dr. Selamat dan semoga berhasil. D. Moh Adeeb Khumaidi., Sp.OT Kepala Pusat IDI untuk gelar Doktornya hari ini 23 Feb 2023. Semoga ini akan lebih bermanfaat bagi orang lain. #kesehatanmental #sehatmental #psikiater #dokter #dokterspesialis # #who #dokterjiwa #selamat #idi https://www.instagram.com/reel/CpAdvtuplcJ/?igshid=MDJmNzVkMjY=

Artikel Kasus Kesehatan Mental

Artikel Kasus Kesehatan Mental

Sehari yang lalu, pemerintah mengumumkan bahwa ada kasus Corona yang dilaporkan di Indonesia. Tak lama kemudian, berbagai reaksi mulai muncul di masyarakat, dan ternyata kecemasan dengan cepat mengatasi segala sesuatu yang menyebabkan perilakunya: masker, pembersih, membeli bahan makanan, di depan umum. Banyak orang memakai masker dll. Kecemasan adalah respons emosional alami terhadap situasi tak terduga yang dianggap mengancam.

Mari Hentikan Stigma Negatif Terkait Covid 19

Kecemasan menyebabkan tubuh segera merespons untuk memastikan keamanan. Reaksi emosional cemas ini positif dan baik jika dirasakan dan disikapi dengan tepat. Namun jika responnya berlebihan atau reaktif, maka mengarah pada gangguan kecemasan (ANSIETAS), yang ditandai dengan gejala sebagai berikut:

1. Reaktif Sikap mental yang ditandai dengan reaksi segera, tegang, agresif terhadap situasi yang timbul dan menimbulkan kecemasan, panik.

2. Reaktivitas Sikap mental Sikap tenang, terukur, mengetahui apa yang harus dilakukan dan merespons secara tepat dan wajar. Ketika seseorang memilih REAKTIF daripada RESPONSIF, kehidupan mentalnya terpengaruh dan dapat menyebabkan gangguan kecemasan (anxiety). Tahapan sikap mental responsif adalah:

2. Evaluasi: Periksa fakta otentik dari sumber yang dapat dipercaya, hindari informasi yang salah, berlebihan, yang menyebabkan banyak kecemasan.

Menjadi Isu Global, Ini Pentingnya Kesehatan Mental Mahasiswa Dan Pelajar

4. Refleksi: Merefleksikan apa yang telah dilakukan, menilai situasi saat ini dan menyiapkan tanggapan selanjutnya.

Kita semua takut dan khawatir menghadapi virus corona ini tetapi terlalu banyak rasa takut dan khawatir memperburuk kondisi mental kita. Waspada tapi tenang. Hindari juga menyebarkan informasi yang tidak kita ketahui yang dapat menimbulkan ketakutan karena “kecemasan menyebar lebih cepat daripada virus”.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik! Jika Anda mengalami gangguan kecemasan (anxiety), hubungi ahli kesehatan jiwa terdekat seperti psikiater, perawat psikiatri, psikiater, dokter umum terlatih, pekerja sosial dan konselor untuk mendapatkan pertolongan segera.

Artikel Kasus Kesehatan Mental

Dengan pilihan terapi antipsikotik suntik atau yang disebut atypical antipsychotic long-acting injectables (ALAIs), paradigma pengobatan skizofrenia saat ini telah berubah. Ikuti e-course terbaru Cegah Schizophrenia Relapse untuk menambah pengetahuan dan keterampilan Anda dalam menghadapi penderita skizofrenia! Bebas! Dapatkan 6 IDI SKP dan Sertifikat GRATIS! E-course ini dipersembahkan oleh Ikatan Psikologi Indonesia () bekerja sama dengan Allomedica dan didukung penuh oleh Johnson & Johnson. Saat ini, kesehatan mental merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan sepenuhnya di tingkat global dan nasional. Selain itu, pandemi Covid-19 telah menimbulkan sejumlah dampak negatif seperti meningkatnya masalah psikologis dan gangguan jiwa. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta orang di atas usia 15 tahun mengalami gangguan psiko-emosional dan lebih dari 12 juta orang di atas usia 15 tahun menderita depresi (Rokom, 2021). Statistik menunjukkan bahwa negara Indonesia tidak mampu menangani masalah kesehatan jiwa dengan baik, dan adanya wabah telah meningkatkan jumlah korban gangguan jiwa, yang akan berdampak negatif jika tidak dikendalikan. Pandemi covid-19 telah memperburuk ekonomi masyarakat, seperti penutupan banyak bisnis dan perampingan, yang secara langsung mempengaruhi ekonomi tetapi juga secara psikologis untuk menghadapi semua situasi selama pandemi ini.

Dampak Self Diagnose Terhadap Kesehatan Mental

Kesehatan jiwa adalah keadaan dimana setiap individu perlu menyadari potensi dirinya dengan mampu mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif dan berkontribusi terhadap lingkungan. Kesehatan mental harus dijaga baik secara fisik maupun mental. Saat ini, salah satu kekhawatiran terbesar bagi orang dewasa bahkan remaja adalah kelompok yang sangat rentan terhadap gangguan mental atau depresi. Ada banyak faktor yang memengaruhi kesehatan mental, seperti faktor genetik, perubahan hormonal, pengalaman traumatis, romansa, persahabatan, keluarga, dan tekanan hidup. Gejala yang timbul adalah mudah tersinggung, merasa tertekan, rendah diri, merasa cemas dan khawatir berlebihan. Setiap orang harus menyadari kesehatan mental untuk mencegah berbagai konsekuensi negatif.

Orang tua atau masyarakat sekitar bahkan instansi kesehatan memiliki peran dalam mendukung dan mendampingi mereka yang mengalami gangguan kesehatan. Sosialisasi kesehatan jiwa perlu dilaksanakan baik di desa, sekolah maupun sektor pelayanan publik. Untuk menekan jumlah korban gangguan kesehatan, masyarakat yang membutuhkan harus dibantu semaksimal mungkin. Peran yang berbeda ini diharapkan dapat membantu orang dewasa dan remaja memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. 2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 adalah jenis baru dari coronavirus yang belum pernah teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Jumlah kasus Covid-19 meningkat pesat dan menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Secara global, per 10 Desember 2021, terdapat 267.865.289 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 5.285.888 kematian, dilaporkan ke WHO (WHO, 2021). Indonesia melaporkan kasus pertamanya pada 2 Maret 2020 (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh Indonesia.

Covid-19 berdampak besar pada kesehatan mental. Penelitian telah menunjukkan bahwa 13,7%-34,7% pasien Covid-19 mengalami gejala masalah kesehatan mental setelah diagnosis (Kong et al., 2020; Varatharaj et al., 2020). Pasien Covid-19 tidak hanya harus melawan infeksi virus yang menyerang secara fisik. Setelah sembuh dari infeksi virus ini, banyak dari mereka yang menghadapi masalah terkait kejiwaan (Cominfo East Java, 2021). Masalah psikologis juga bisa bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga yang berat.

Sejumlah gangguan kesehatan mental telah dilaporkan setelah individu dirawat karena Covid-19. Gangguan kesehatan mental, gangguan tidur, masalah kognitif seperti kehilangan konsentrasi dan ingatan, gangguan kecemasan, agitasi

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

(ADL) juga ditemukan sebagai sequela pada penyintas Covid-19 (Kholilah dan Hameed, 2021). Kematian akibat Covid-19 dan tindakan isolasi dapat memengaruhi kesehatan mental masyarakat. Ditemukan bahwa kematian yang tinggi dan isolasi yang berkepanjangan di suatu daerah menyebabkan depresi, kecemasan, ketakutan yang berlebihan dan perubahan pola tidur masyarakat (Aslamia dan Nurhati, 2021). Ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental tetapi juga kondisi fisik orang tersebut.

Kecemasan pada pasien pasca Covid-19 dapat berupa ketakutan untuk mengalaminya kembali, ketakutan menyebarkan virus Covid-19 ke rumah tangga lain, dan ketakutan meninggal akibat Covid-19 (Lebrasseur et al., 2021)). Kecemasan akan masa depan juga dialami pasien pasca Covid-19 (Moradi et al., 2020). Selain itu, pasien dengan lebih banyak infeksi atau gejala memiliki masalah psikologis yang lebih tinggi seperti kecemasan dan tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pasien lain tanpa gejala (orang tanpa gejala) atau gejala ringan (Moradi et al., 2020). Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa dalam ranah afektif (afektif, suasana hati) yang ditandai dengan gejala seperti suasana hati yang rendah, depresi, dan kurangnya gairah hidup (Noormala et al., 2020). Pasien pasca-Covid-19 yang mengalami kecemasan dapat mengalami depresi (Moradi et al., 2020). Kesedihan yang dialami berujung pada depresi yang membuatnya lebih mudah menangis. Faktor risiko pasien mengalami depresi pasca Covid-19 antara lain kurangnya kontak sosial, menyebabkan pasien kehilangan dukungan psikologis dari keluarga dan teman, sehingga menimbulkan stres dan trauma (Moradi et al., 2020). Depresi pada pasien pasca Covid-19 mungkin karena stigma dan penolakan, serta gaya hidup yang membosankan selama masa karantina (Hiday, 2021). Penderita depresi pasca Covid-19 mengalami gangguan tidur, kecemasan, dan kelelahan (Wu et al., 2020).

Salah satu dampak psikologis yang dialami pasien pasca Covid-19 adalah stres. Pasien pasca Covid-19 yang mengalami stres biasanya adalah pasien dengan penyakit atau gejala yang parah (Chamberlain et al., 2021). Stres yang dialami pasien pasca-Covid-19 mungkin karena peristiwa traumatis, kehilangan orang yang dicintai, dan stigma negatif di masyarakat, yang berkontribusi pada tekanan mental pasien pasca-Covid-19 (Moradi et al., 2020). Kondisi seperti itu bisa membuat pasien pasca Covid-19 cemas dan tidak bisa tenang (Hiday, 2021).

Artikel Kasus Kesehatan Mental

Masalah kesehatan mental berbeda antara anak-anak, orang dewasa, dan orang tua, dengan atau tanpa penyakit kronis atau penyakit mental sebelumnya. Secara keseluruhan, prevalensi masing-masing gangguan adalah 31,4% untuk depresi, 31,9% untuk kecemasan, 41,1% untuk kecemasan, dan 37,9% untuk insomnia. Selain itu, depresi, kecemasan, stres, dan insomnia tinggi di antara pasien yang terinfeksi Covid-19 dan di antara staf medis yang merawat mereka. Cai (2020) berhipotesis bahwa penyebab gangguan kejiwaan pada pasien Covid-19 adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat mudah, sehingga pasien yang terinfeksi dapat mengalami penurunan kondisi fisik yang parah dalam waktu singkat dan hasil yang tidak pasti. Kekurangan obat antivirus. Apalagi arus informasi yang sangat cepat dan tidak terkendali membuat masyarakat khawatir dan takut yang tidak perlu. Perkiraan yang tidak jelas dan heterogen, komplikasi yang tidak terduga, dan iterasi menimbulkan keraguan tentang keakuratan informasi yang diberikan (Moradi et al., 2020). Selain itu, pembatasan jarak fisik, jarak sosial, dan karantina menciptakan perasaan tidak berdaya dan terisolasi. Itu menjadi suasana hati yang negatif. Selain itu, dampak dari sektor keuangan, hilangnya pendapatan, hilangnya pekerjaan dapat menambah beban psikologis. Penyesalan dan kekhawatiran serta kekhawatiran bahwa dia akan menyebarkan virus kepada orang-orang terdekatnya. Kehadiran stigma juga dapat mempengaruhi keadaan psikologis.

Manfaatkan Layanan Sehat Jiwa (sejiwa): Tekan 119 Ext. 8

Aslamiyah, S. dan Nurhati. (2021). Dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis, sosial, dan ekonomi pasien Covid-19 di Langkat, Desa Dendang, Sumatera Utara.

Chamberlain, SR, Grant, JE, Trender,

You May Also Like

About the Author: wr5ku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *