Banner 1
Jurnal Kesehatan Mental Pada Anak - Seroquel

Jurnal Kesehatan Mental Pada Anak

Jurnal Kesehatan Mental Pada Anak – Penelitian ini dilatarbelakangi oleh isu mengenai kualitas pernikahan dan dampaknya terhadap kesehatan mental anak. Sistem perkawinan yang sehat adalah hubungan yang baik antara suami dan istri serta antara orang tua dan anak. Sedangkan pernikahan yang tidak sehat karena orang tua cenderung bertengkar, dan karena selalu menjalin hubungan dengan wanita idaman lain dan pria idaman lain, berdampak pada kesehatan mental anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis perkawinan dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental anak usia 6-12 tahun di Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan 7 subjek dari 2 keluarga. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari masing-masing keluarga, diketahui bahwa dalam pernikahan yang telah dibangun selama ini, sikap dan perkataan seringkali mengandung kekerasan verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi kesehatan mental anak. , di mana anak-anak berada rasanya konyol melanjutkan efek anak lamban dalam hal berpikir dan tidak memimpin. Dampak kesehatan mental terhadap perilaku anak yang nakal, sering kesepian dan agresif. Demikian pula akibatnya anak menjadi pendiam dan pemalu, tidak menghormati bapak terutama dan kasar. Akibatnya, anak-anak memiliki perasaan kurang menerima tentang diri mereka sendiri.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh isu mengenai kualitas pernikahan dan dampaknya terhadap kesehatan mental anak. Sistem perkawinan yang sehat adalah hubungan yang baik antara suami dan istri serta antara orang tua dan anak. Sedangkan pernikahan tidak sehat karena pertengkaran orang tua, dan karena mereka selalu menjalin hubungan dengan wanita idaman lain dan pria idaman lain, ada pengaruhnya terhadap kesehatan mental anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keluarga mana yang melakukan perkawinan tidak sehat yang berdampak pada kesehatan mental anak usia 6-12 tahun di Desa Tesabela Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan 7 subjek dari 2 keluarga. Menurut hasil analisis data yang ditemukan pada masing-masing keluarga, mereka mengatakan bahwa dalam pernikahan yang dibangun selama ini, sikap dan perkataan sering mengandung kekerasan non verbal, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental sang anak, dimana . anak merasa bodoh karena tahan lama. Dengan efek anak menjadi lamban dalam berpikir dan tidak fokus. Kesehatan mental memengaruhi perilaku anak-anak yang kejam, sering murung, dan kasar. Demikian pula akibat yang ditimbulkan adalah anak menjadi pendiam dan pemalu, tidak terlalu menghormati bapak dan bersikap kasar. Akibatnya, anak memiliki perasaan tentang dirinya sendiri yang kurang dapat diterima.

Jurnal Kesehatan Mental Pada Anak

Jurnal Kesehatan Mental Pada Anak

JKKP (Journal of Family Welfare and Education) adalah artikel akses terbuka yang diterbitkan di bawah lisensi Creative Commons CC BY-NC-SA Lisensi ini mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi dalam media apa pun untuk tujuan non-komersial saja, asalkan karya dan sumber aslinya ini dia. Setiap turunan dari aslinya harus didistribusikan di bawah lisensi yang sama dengan aslinya. Banyaknya kasus positif COVID-19 menyebabkan masyarakat mengubah kebiasaan dan cara berkomunikasi secara offline menjadi online. Orang mengalami penyakit mental seperti ini. seperti stres, kecemasan, depresi, rendah diri, gangguan tidur dan citra tubuh. , Universitas M. ulawarman di masa pandemi COVID-19 Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 200 mahasiswa. dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling Instrumen yang digunakan adalah Social Network Time Use Scale (SONTUS) dan Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan Google form dan dianalisis datanya. menggunakan uji korelasi momen produk Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24,5% mahasiswa mengalami stres sedang, 10,5% lainnya mengalami stres berat dan 6% mengalami stres sangat berat.Mereka menemukan korelasi positif antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat stres (p-value = 0,001 ). ). , r = 0,270). Kesimpulannya adalah semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka semakin berat tingkat stres yang dialami. Temuan ini menunjukkan perlunya memberikan informasi kepada remaja tentang cara menggunakan media sosial yang tepat dan sehat untuk meminimalkan dampak negatif, terutama pada kesehatan mental remaja.

Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Dan Remaja

Banyaknya kasus positif COVID-19 membuat masyarakat mengubah kebiasaan dan cara berkomunikasi secara offline dan online. Hal tersebut berdampak pada maraknya penggunaan media sosial pada remaja yang dapat mempengaruhi perilaku remaja. Pengaruh penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa seperti stress, kecemasan, depresi, rendah diri, gangguan tidur dan body image. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kesehatan mental mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 200 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Social Network Time Use Scale (SONTUS) dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan Google form dan data dianalisis menggunakan uji korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24,5% mahasiswa mengalami stres sedang, 10,5% lainnya mengalami stres berat dan 6% mengalami stres sangat berat.Mereka menemukan korelasi positif antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat stres (p-value = 0,001 ). ). , r = 0,270). Kesimpulannya adalah semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka semakin berat tingkat stres yang dialami. Temuan ini menunjukkan perlunya memberikan informasi kepada remaja tentang cara menggunakan media sosial yang tepat dan sehat untuk meminimalkan dampak negatif, terutama pada kesehatan mental remaja.

Pandemi penyakit coronavirus (COVID-19) telah memaksa orang untuk mengubah kebiasaan dan cara mereka berkomunikasi dari offline ke online. Keadaan ini juga berdampak pada tingginya penggunaan media sosial pada remaja yang dapat mempengaruhi perilaku. Efek dari penggunaan media sosial yang berlebihan mengarah pada pengalaman gangguan mental seperti stres, kecemasan, depresi, rendah diri, gangguan tidur dan citra tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan intensitas media sosial terhadap kesehatan mental mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan 200 mahasiswa sebagai sampel yang diambil secara simple random sampling. Studi ini menerapkan Skala Penggunaan Waktu Jaringan Sosial (SONTUS) dan Skala Stres Kecemasan Depresi (DASS). Data dikumpulkan dan dianalisis secara online menggunakan uji momen produk Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 24,5% siswa mengalami stres sedang, 10,5% mengalami stres berat dan 6% mengalami stres sangat berat. Analisis statistik menunjukkan korelasi positif yang lemah antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat stres (p-value = 0,001, r = 0,270). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka semakin berat tingkat stres yang dialami. Temuan ini menunjukkan bahwa remaja perlu diberi informasi tentang bagaimana menjalin hubungan yang sehat dan tepat dengan media sosial untuk meminimalkan dampak negatif, terutama pada kesehatan mental mereka.

Lonjakan kasus COVID-19 saat ini telah menyebar ke banyak negara. Dengan banyaknya kasus positif COVID-19 yang menyebabkan aktivitas masyarakat di berbagai negara terganggu, memaksa masyarakat di seluruh dunia untuk tetap berada di rumah guna memutus mata rantai penularan COVID-19 (1). Hal ini membuat orang mengubah kebiasaan dan cara mereka berkomunikasi secara offline menjadi online. Kegiatan online telah dilakukan di berbagai negara di dunia dengan menggunakan teknologi data dan informasi yang kini berkembang pesat. Di negara berkembang seperti Inggris, jumlah pengguna internet akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020 (2). Peran Internet terus menjadi penting dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di dunia global. Media sosial merupakan layanan yang sering diakses oleh semua kalangan, terutama anak-anak atau remaja.

Media sosial merupakan salah satu sarana yang banyak dicoba oleh para remaja untuk memenuhi kebutuhannya akan interaksi sosial. Media sosial adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut bentuk media baru yang melibatkan partisipasi interaktif. Konten media sosial yang umum diakses antara lain Facebook, Instagram, Youtube, Google, Twitter, dan Tiktok. Situs-situs ini terus berkembang dan berfungsi sebagai pintu gerbang yang mudah untuk interaksi dan hiburan.

Literasi Kesehatan Mental Dan Stigma Publik Sebagai Prediktor Sikap Terhadap Bantuan Psikologis Pada Mahasantri

Menurut data World Digital Population (2021), jumlah pengguna internet di dunia pada Januari 2021 sebanyak 4,66 miliar orang dan 4,2 miliar di antaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Data statistik APJII (2020) menunjukkan bahwa terdapat 196,71 juta pengguna internet di Indonesia dan 90,4% pengguna media sosial merupakan layanan peringkat terbesar masyarakat Indonesia yang menggunakan internet (3). Remaja merupakan salah satu pengguna aktif terbesar yang menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi utama dan mayoritas berusia 18-25 tahun memiliki jumlah terbanyak dibandingkan kelompok usia lainnya (4).

Penggunaan media sosial yang berlebihan pada remaja dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut (5). Media sosial adalah elemen penting dalam melindungi kesehatan mental. Remaja dengan intensitas penggunaan media sosial yang tinggi menyebabkan interaksi sosial secara tidak langsung yaitu sosialisasi dan kepekaan sosialnya cenderung rendah. Hal ini dapat berdampak tidak langsung pada kesehatan mental, seperti munculnya sikap anti sosial atau yang biasa dikenal dengan apatis (6). Berdasarkan

You May Also Like

About the Author: wr5ku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *