Kesehatan Mental Anak Saat Pandemi – RS Premaya memberikan pelayanan prima dengan mengutamakan kualitas keselamatan dan keamanan pasien, yang tercermin dari dua RS yaitu RS Premaya yang diakui oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di tingkat nasional, dan RS Premaya yang diakui oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di tingkat nasional. diakui secara internasional oleh Komite Bersama. . Internasional (JCI).
Primaya Hospital dapat memberikan pelayanan medis yang komprehensif kepada Warga Negara Indonesia dan Orang Asing (WNA). Primaya Hospital memberikan pelayanan kepada pasien melalui metode pembayaran perorangan dan jaminan perusahaan, asuransi atau BPJS. Primaya Hospital memberikan pelayanan dengan teknologi yang baik dan berkualitas sesuai kebutuhan masyarakat. Primaya Hospital akan memberikan solusi kesehatan bagi masyarakat.
Kesehatan Mental Anak Saat Pandemi
Untuk menjangkau kebutuhan kesehatan masyarakat, Primaya Hospital Group memiliki lokasi yang strategis dan akses yang mudah di berbagai wilayah dan kota besar di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat secara memadai.
Menjaga Kesehatan Jiwa Anak Di Tengah Pandemi
Primaya Hospital memiliki fasilitas pelayanan yang lengkap meliputi pelayanan gawat darurat, radiologi, laboratorium dan farmasi yang melayani masyarakat 24 jam sehari. Selain itu, Primaya Hospital memiliki tempat parkir yang luas, ruang edukasi pasien, ruang poli yang nyaman, ruang perawatan, area bermain poli anak, ATM center, musala, WiFi untuk keluarga pasien, kantin dan area lobi yang nyaman. Primaya Hospital memberikan pelayanan prima bagi pasien seperti Pusat Pelayanan Kardiovaskular dan Pembuluh Darah, Pelayanan Ibu dan Anak, Pelayanan Trauma dan Pelayanan Onkologi (Kanker).
Primaya Hospital unggul dalam layanan kardiovaskular untuk memenuhi permintaan akan layanan kesehatan jantung yang berkualitas. Layanan kardiologi dan kardiovaskular di Primaya Hospital didukung oleh staf medis, paramedis, dan non-medis khusus serta dilengkapi dengan peralatan medis mutakhir.
Sebagai bagian dari komitmen terhadap kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak, Primaya Hospital menyediakan perawatan ibu dan anak melalui berbagai layanan kesehatan ibu, anak dan bayi, antara lain kesehatan ibu, kebugaran ibu (senam hamil dan yoga), kehamilan, pijat bayi, dan menyusui pusat disediakan. . . , perkembangan anak dan banyak jenis layanan lainnya.
Pusat Layanan Trauma adalah salah satu layanan utama yang terlibat dalam manajemen pasien dengan keadaan darurat karena cedera atau trauma. Pusat Layanan Trauma didukung oleh berbagai spesialis bedah dan non-bedah yang berpengalaman di bidang trauma. Selain itu, Pusat Layanan Trauma Primaya Hospital memiliki staf perawat yang terampil dan kompeten dengan pelatihan khusus di bidang trauma seperti Basic Life Support Equipment (BLS), Basic Traumatic Cardiac Life Support Equipment (BTCLS) dan situasi darurat. Pertolongan Pertama (PPGD). .
Pandemi Mengancam Kesehatan Mental Anak
Layanan onkologi Primaya Hospital didukung oleh tenaga medis yang berkualifikasi tinggi dan dilengkapi dengan fasilitas modern. Ini termasuk mamografi, ultrasonografi payudara (USG), pap smear, vaksin, bronkoskopi, endoskopi, dan operasi onkologi. Melalui layanan ini, kami berharap dapat mendeteksi dan mengobati berbagai jenis kanker sejak dini, mengurangi komplikasi, meningkatkan kesembuhan pasien dan harapan hidup pasien kanker. Momen penting dalam hidupnya — momen sehari-hari seperti mengobrol dengan teman dan pergi ke sekolah.
Remaja menghadapi situasi baru dengan kecemasan dan isolasi yang ekstrim serta keputusasaan di tengah perubahan drastis dalam hidup mereka yang disebabkan oleh COVID-19.
Menurut analisis data yang disampaikan oleh UNICEF, 99% (2,34 miliar) anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun di seluruh dunia tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk pembatasan mobilitas akibat COVID-19. 60% anak tinggal di salah satu dari 82 negara di bawah penguncian penuh (7%) atau sebagian (53%), mewakili 1,4 miliar anak muda.
Menurut data survei Global Health Data Exchange 2017, 27,3 juta orang di Indonesia menderita masalah kesehatan mental. Artinya, 1 dari 10 orang di negara ini memiliki masalah kesehatan mental.
Bantu Penyembuhan Kesehatan Mental, Uy Tampilkan Aplikasi Galau Dan Ruang Sadar
Dalam kasus data kesehatan jiwa remaja Indonesia sendiri pada tahun 2018, prevalensi gangguan psiko-emosional yang disertai dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja usia 15 tahun ke atas sebesar 9,8%, meningkat dari tahun 2013, dan prevalensi gangguan psiko-emosional pada remaja adalah 6% saja Usia 15 tahun atau lebih Gangguan dengan gejala depresi dan kecemasan. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai 1,2 per 1.000 orang pada tahun 2013.
Ketika kesehatan mental seorang remaja tertekan, tanda-tanda seperti lesu, kehilangan nafsu makan, masalah tidur / gangguan tidur, dan kecemasan yang berlebihan dapat muncul.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa remaja adalah dengan memberikan pemahaman agar remaja dapat memahami bahwa kecemasannya adalah hal yang wajar. Kecemasan remaja adalah fungsi normal dan sehat yang mengingatkan Anda akan ancaman dan membantu Anda mengambil langkah untuk melindungi diri sendiri.
Mendapatkan informasi akurat dari sumber terpercaya, mengurangi penggunaan media sosial, dan membatasi menonton berita tentang virus corona juga dapat mengurangi kecemasan remaja. Sebanyak mungkin orang tua bisa berteman dengan remaja. Berikan ruang remaja untuk melampiaskan rasa tidak aman mereka kepada orang tua mereka.
Tingkatkan Kesehatan Mental Di Tengah Pandemi Covid 19, Dosen Itb Buat Ruangempati.com
Tidak terlalu sering membicarakan virus corona atau mencari hiburan dengan kegiatan yang menyenangkan dan hal-hal yang produktif dianggap membuat remaja tidak terlalu cemas dan tertekan.
Biarkan remaja menjangkau teman mereka untuk berkomunikasi, berbagi cerita, dan mengungkapkan perasaan mereka. Dengan cara ini, kebosanan remaja dapat dikurangi selama pandemi. Tahun ini, tepat pada tanggal 10 Oktober, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia mengingatkan kita untuk menyebarkan kesadaran, kepedulian, pendidikan dan solusi masalah kesehatan jiwa, khususnya pada anak-anak. Populasi paling rentan terhadap penyakit menular.
Pengendalian pandemi COVID-19 dengan membatasi aktivitas dan mobilitas masyarakat telah mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat. Ini memiliki dampak yang signifikan di berbagai bidang dan di segala usia.
Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling rentan terhadap penyakit menular ini. Setidaknya ada lima aspek kehidupan anak yang terkena dampak: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, serta perlindungan dan pengasuhan.
Bantu Masalahan Kesehatan Mental Anak Dan Remaja Lewat Dukungan Psikologis Awal
Dengan munculnya pandemi ini, lima aspek kehidupan anak-anak berantakan dan, jika tidak terpenuhi secara memadai, hal itu memengaruhi kesehatan mental mereka, terutama di usia remaja saat mereka memasuki tahap penemuan identitas.
Warga melintasi baliho seruan diakhirinya kekerasan terhadap perempuan dan anak di pintu masuk kantor walikota di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23 Juni 2021). Pandemi COVID-19 berdampak negatif tidak hanya pada perekonomian tetapi juga pada kesehatan mental masyarakat. Kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat akibat tekanan psikologis yang dialami oleh mereka yang terdampak COVID-19.
Pendidikan paksa di rumah melalui jaringan tidak hanya tidak efektif tetapi juga menimbulkan kebosanan yang berdampak pada masalah psikososial anak karena mereka tidak dapat berinteraksi dengan guru, teman dan lingkungan sosial.
Hal itu terlihat pada dua jajak pendapat yang dilakukan pada Agustus dan November 2020, di mana terjadi perubahan kebosanan yang signifikan akibat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Alasan mereka menginginkan pembelajaran tatap muka karena bosan dengan PJJ meningkat dari 6,5% pada Agustus menjadi 26,4% pada November.
Press Rilis Kegiatan Webinar Kesehatan Mental Pada Remaja
Kesulitan mengakses layanan kesehatan dasar dan kerentanan terhadap masalah kesehatan, termasuk ancaman paparan COVID-19, juga menambah kecemasan yang berdampak pada kesehatan mental anak.
Demikian pula, kesejahteraan anak menurun karena orang tua kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Belum lagi aspek perlindungan dari peristiwa kekerasan, pelecehan seksual, pernikahan dini, kerja paksa, dll.
Kemudian, perpisahan mendadak anak dari orang tua yang meninggal karena COVID-19 dapat menimbulkan tantangan pengasuhan yang dapat menimbulkan trauma berkepanjangan. Akhirnya, kesehatan mental anak-anak memburuk.
Sebelum pandemi, masalah kesehatan mental bagi anak dan remaja merupakan “pekerjaan rumah” yang belum terselesaikan bagi pemerintah. Data Riskdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 menunjukkan hal tersebut.
Tiga Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Bermedia Sosial
Data prevalensi gangguan psiko-emosional yang dimanifestasikan oleh gejala depresi dan kecemasan pada penduduk usia 15 tahun ke atas berjumlah sekitar 6,1% dari total penduduk Indonesia atau 11 juta orang. Gangguan depresi ini mulai berkembang pada usia remaja (15-24 tahun) dengan prevalensi 6,2%.
Pandemi COVID-19 telah memperparah kondisi dan mental anak-anak karena mereka mengalami depresi dan kecemasan. Hal itu terlihat dari temuan Survei Terkait COVID-19 2020 (AADC-19) yang diinisiasi oleh Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam menanggapi dampak Covid-19 pada Sabtu (9 November 2021), menggelar program dukungan khusus untuk anak dan perempuan rumah tangga yang terdampak COVID-19 di Provinsi Bali. 19 Penyakit menular pada anak dan perempuan di Indonesia. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspyog (kiri) saat mengunjungi rumah penerima bansos khusus perempuan rumah tangga terdampak Covid-19 di Kota Denpasar.
Akibatnya, pada tahun pertama epidemi, 24% anak mengalami gejala depresi, 14% di antaranya adalah perempuan. Gejala emosional yang sering dialami antara lain depresi (26%), mudah tersinggung (38%), sering menangis (20%), dan sedih (42%). Selanjutnya, 42% menyalahkan diri sendiri dan 31% tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.
Hari Kesehatan Mental Sedunia
Bahkan di tahun kedua epidemi, status kesehatan mental anak-anak dan remaja tidak berubah secara signifikan, terlebih lagi karena wabah yang sedang berlangsung, pembatasan pergerakan diperpanjang di hampir semua tempat. 20 bulan adalah masa yang sangat sulit bagi anak-anak dan remaja yang membutuhkan ruang untuk tumbuh dan mengekspresikan diri.
Menurut laporan terbaru UNICEF, The State of the World’s Children 2021; On My Mind: Mempromosikan, Melindungi, dan Merawat Kesehatan Mental Anak Diperkirakan lebih dari 1 dari 7 anak muda berusia 10-19 di seluruh dunia hidup dengan diagnosis gangguan mental.
Hasil awal dari survei internasional yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup terhadap kaum muda di 21 negara menunjukkan besarnya dampak pandemi. Akibatnya, 1 dari 5 remaja berusia antara 15 dan 24 tahun sering mengalaminya.