Kesehatan Mental Dalam Perspektif Agama Sosial Dan Psikologis – 20 April 2021 08:12 20 April 2021 08:12 Diperbarui: 20 April 2021 08:22 2335 2 0
Psikiatri adalah ilmu yang bertujuan untuk memelihara kesehatan jiwa tubuh manusia dan mencegah penyakit jiwa (Schneider, 1964). Menurut WHO (2019), kesehatan mental terdiri dari pembelajaran, kemandirian, kompetensi, integrasi antar generasi dan otonomi. Selain itu, menurut Saeed M (2005), orang dengan kesehatan mental dewasa secara emosional dan sosial, bertanggung jawab atas hidupnya, dapat mengatasi hambatan keinginan dan harapannya, dapat menerima kebenaran hidup apa adanya, dan dapat . melaksanakan beban hidup secara efektif dan efisien.
Kesehatan Mental Dalam Perspektif Agama Sosial Dan Psikologis
Kesehatan mental ditandai dengan pertumbuhan emosional, pertumbuhan sosial, dan pertumbuhan intelektual untuk berhasil mengatasi hambatan. Menurut Najati (1997), dimensi kesehatan mental menurut Islam:
Bersyukur Merupakan Kunci Kesehatan Mental
Secara teori, filsafat humanistik terdiri dari analisis psikologi, perilaku, dan kepribadian serta transpersonalisme. Pendekatan psikoanalitik melihat manusia sebagai makhluk yang diatur oleh pikiran bawah sadar dengan kualitas negatif. Dari segi etika, manusia juga dituntut sebagai organisme yang netral. Pada saat yang sama, menurut humanisme dan keragaman, manusia adalah makhluk unik yang memiliki karakteristik biologis, mental, dan spiritual tertentu.
Menurut filsafat Islam, manusia lahir di muka bumi sebagai orang beriman yang suci dan bertakwa (bukti-bukti Alquran Ar-rum (30:30); Al-Agraf (7:172)). Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, dapat berjalan dan berlari, tidak seperti binatang, dan manusia juga diberi akal (sebagaimana ditunjukkan dalam Al-Qur’an Surat At-Tin (94:4)). Manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda dan unik (bukti Al-Qur’an dalam “Al-Zukhruf” (43:32); “Ar-rum” (30:22); “Al-Anam” (6:165), dan ; “An-Nisa” (4:32). Manusia diciptakan sebagai makhluk yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai negara dan negara untuk saling mengenal (tanda-tanda Alquran, surat Al-Hujurat (49)), untuk membantu satu sama lain (tanda-tanda). Surat Al-Qur’an “Zukhruf” (13:43), bersikap adil (dalil-dalil Al-Qur’an surah “Agraf” (7: 176)) dan tidak merugikan (dalil-dalil Qur’an).Qur’an Surat Yunus (10:19) Manusia diciptakan sebagai makhluk yang berakal untuk berkembang, berhasil dan memperbaiki kehidupannya (Quran Al-Isra’ tanda-tanda (17:70), Qof (50:6), Abasa (80:24-25), “al-Arad” (13 : 15) Manusia memiliki kemampuan untuk berubah menjadi lebih baik di masa depan (bukti Alquran dalam surat Ibrahim (14:1), Al-Hasir ( 59:18)). dari Al-Qur’an, Al-Ibara A l-Baqarah (30)) karena mereka mampu berpikir dan bernalar (mereka diberi ilmu yang luas) untuk memenuhi kehendak-Nya dan memenuhi perintah-Nya. (Otoritas Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah (31)).
Jika lingkungan memberikan kontribusi untuk pengembangan kemampuannya, terutama kemampuan berpikir jernih, objektif, jujur, dan jika ia terbiasa memecahkan masalah dengan benar dan benar berdasarkan prinsip dan hukum Islam, maka seseorang menjadi orang yang baik. kondisi kejiwaan. . perilaku. Konsep tauhid merupakan prinsip sentral pemahaman Islam tentang kesehatan jiwa. Oleh karena itu, setiap pemikiran dan tindakan harus dalam kesatuan tauhid dalam kehidupan lahir dan batinnya (Khan, 1986). Manfaat agama untuk kesehatan fisik dan mental:
Hasil kegiatan spiritual dan keagamaan telah membantu mengurangi gangguan somatisasi, gangguan kecemasan, depresi, kecemasan, agresi, fobia, pikiran paranoid, dan psikosis. Terapi kognitif yang dikombinasikan dengan kehidupan beragama, Badri (1996) dan Hamdan (2008) menggunakan metode pembaharuan kognitif yang efektif dalam memecahkan masalah yang berbeda pada orang yang berbeda dan agama yang berbeda, yang membantu mengurangi gejala depresi pada klien. Menggunakan ayat-ayat Alquran dan Hadits untuk mengubah pikiran negatif dan keyakinannya yang tidak berdasar.
Kesehatan Mental Menurut Paradigma
Kesehatan mental adalah hidup sehat dengan tujuan yang ditandai dengan pertumbuhan emosional, pertumbuhan sosial, pertumbuhan intelektual, pertumbuhan pribadi dan keluarga, serta perubahan sosial dimanapun itu terjadi. Agama diperlukan untuk memperbaiki pola pikir dan perilaku klien ketika diajak untuk kembali pada kehidupan spiritual dan ajaran agamanya. Ini sesuai dengan sifat murni dan benar Islam.