Banner 1
Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis - Seroquel

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis – Pandemi COVID-19 telah memengaruhi aspek fisiologis, psikologis, dan sosial lansia. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) dalam pelayanan sosial lansia di masa pandemi COVID-19. Analisis dalam artikel ini dilakukan melalui tinjauan literatur. Alat tulis dalam artikel ini adalah daftar, bagan tulisan, dan format catatan. Teknik analisis artikel ini adalah metode analisis isi. DKJPS untuk lanjut usia dapat disampaikan melalui pelayanan sosial geriatri kelembagaan, pelayanan sosial geriatri berbasis komunitas, dan pelayanan rumah. Bentuk DKJPS lansia berbasis panti adalah optimalisasi kegiatan penyuluhan spiritual, keagamaan, dan sosial bagi kategori lansia mandiri. Dan bagi lanjut usia yang tidak mandiri (bedridden), pelayanan yang lebih intensif, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan, dapat diberikan dibandingkan dengan DKJPS. Adapun bentuk DKJPS Lansia yang berbasis masyarakat adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Pendamping Lanjut Usia. Saat melakukan bansos terkait DKJPS, pendamping dapat mengajarkan kepada lansia dan keluarganya tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi lansia yang terlantar karena tinggal sendiri di rumah, pekerja sosial harus mampu memobilisasi kelompok pendukung sosial di komunitasnya. Sedangkan bentuk DKJPS bagi lansia yang dikelola rumah tangga adalah menyelenggarakan kegiatan yang layak tanpa mengurangi kemandirian lansia. Makna teoretis dari penulisan artikel ini adalah bahwa lanjut usia yang dianggap sehat secara mental tidak hanya terhindar dari gejala gangguan dan penyakit jiwa, tetapi juga terkait dengan adaptasi aktif terhadap kondisi baru dan mengatasi masalah.

Tristanto, A. (2020). Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) dalam pelayanan sosial lansia di masa pandemi COVID-19. Sosio Informa: Studi Masalah Sosial dan Kesejahteraan Sosial, 6(2), 205–222. https://doi.org/10.33007/inf.v6i2.2348

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis

Baroroh, D.B., & Irafayani, N. (2015). Peran keluarga sebagai caregiver dalam pengelolaan aktivitas lansia menggunakan pendekatan Nic (Nursing Intervention Classification) dan Noc (Nursing Outcome Classification). Jurnal Keperawatan, 3(2).

Psikologi Agama Dan Kesehatan Mental Pustaka Pelajar

Buckle, P. (1998/99). Mendefinisikan Ulang Komunitas dan Kerentanan dalam Konteks Manajemen Darurat, Australian Journal of Emergency Management (Musim Panas 1998/99), hal. 21-26

Chan, Angelika. (2005). Penuaan di Asia Tenggara dan Timur: Isu dan Arah Kebijakan. J Cross Cult Gerontol (2005), Vol.20, hal. 269 ​​​​- 284.

Kementerian Kesehatan Indonesia. (2019). Panduan praktis untuk pengasuh dalam perawatan jangka panjang orang dewasa yang lebih tua. Jakarta: Dinas Kesehatan Keluarga.

Kementerian Kesehatan Indonesia. (2020). Pedoman dukungan kesehatan jiwa dan psikososial di masa pandemi COVID-19. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pentingnya Kesehatan Mental

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPENAS. (2015). Perlindungan sosial orang tua. Jakarta: Direktorat Jaminan Sosial dan Kesejahteraan. http://cas.ui.ac.id/wpcontent/uploads/seminar27052015/Perlindungan-SosialLANSIA-CAS.pdf. Diakses pada 06/04/2020.

Kementerian Perlindungan Sosial Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Perlindungan Sosial Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Bantuan Sosial dari Lembaga Perlindungan Sosial Lansia.

Kementerian Perlindungan Sosial Indonesia. (2014). Pedoman bantuan sosial di hari tua oleh lembaga kesejahteraan sosial (LKS). Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Lansia.

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis

Morrow Howell, Nancy, Natalie Galusia dan Emma Swinford. (2020). “Pemulihan dari pandemi COVID-19: Fokus pada orang tua”. Jurnal Penuaan & Kebijakan Sosial, 32:4-5, 526-535, DOI: 10.1080/08959420.2020.1759758.

Pdf) Kesehatan Mental Dalam Perspektif Islam

Punk, Sumadi. (2020). Hidup dan merawat lansia setelah COVID-19. Rekaman itu dirilis untuk memperingati Hari Lansia Nasional (HLUN) ke-24 pada 29 Mei 2020.

Santika, ayolah. (2020). Kelompok lansia rentan di episentrum pengobatan COVID-19. Materi disampaikan pada seri webinar INFID SDGs COVID-19 pada 20 Mei 2020.

Qiu, Jianyin, Bin Shen, Min Zhao, Zhen Wang, Bin Xie, Yifeng Xu. (2020), “Survei Nasional Stres Mental Di Antara Orang Tionghoa Selama Epidemi COVID-19: Temuan dan Rekomendasi Kebijakan – Psikiatri Umum 2020; 33:e100213. doi:10.1136/gpsych-2020-100213.20 April: 100213.20 April 2021 08:12 Diperbarui : 20 April 2021 08:22 2335 2 0

Kesehatan mental adalah ilmu yang ditujukan untuk menjaga kesehatan mental tubuh manusia dan mencegah gangguan mental (Schneider, 1964). Menurut WHO (2019), kesehatan jiwa terdiri dari efikasi diri, otonomi, kompetensi, interdependensi antargenerasi dan aktualisasi diri. Sedangkan menurut Said M (2005), orang yang sehat mentalnya akan menjadi dewasa secara emosional dan sosial, bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, mengatasi hambatan di depan keinginan dan harapannya, serta menerima kenyataan hidup apa adanya. Dapat menangani beban hidup secara efektif dan efisien.

Antara Media Sosial, Anak Muda, Dan Gangguan Mental: Apa Yang Terjadi?

Kesehatan mental berkaitan dengan kematangan emosi, kematangan sosial, dan kematangan intelektual untuk mengatasi hambatan secara efektif dan efisien. Menurut Najat (1997), indikator kesehatan jiwa dalam perspektif Islam adalah:

Filsafat manusia dari perspektif psikologis terdiri dari psikoanalisis, behaviorisme, humanisme dan transpersonalisme. Pandangan psikoanalitik memandang manusia sebagai makhluk biologis yang dikendalikan oleh naluri tak sadar dengan sifat-sifat buruk. Dari perspektif behaviorisme, manusia adalah makhluk biologis yang terkondisi dan netral oleh lingkungan. Sedangkan menurut kaum humanis dan transpersonalis, manusia adalah makhluk unik yang memadukan organisme somatik, psikis, dan spiritual.

Menurut filsafat Islam, manusia dilahirkan di muka bumi sebagai makhluk beragama yang suci dan bertakwa (Qur’an Ar-rum (30:30); Al-A’raf (7:172)). Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, mampu berjalan dan berlari dengan tegak, tidak seperti binatang, dan manusia juga memiliki akal (Argumen Al-Qur’an Surah at-Tin (94:4)). Manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda dan unik (argumentasi Alquran dalam al-Zukhruf (43:32); ar-Rumi (30:22); al-Anam (6:165); dan an-Nisa (4:32) ) . Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berbeda bangsa dan kebangsaan, untuk saling mengenal (Argumen Al-Qur’an, Aso al-Hujarat (49)), untuk saling membantu ( Argumen). Alquran surat al-Zukhruf (13:43)), berlaku adil (dalil Alquran surah al-Aaraf (7:176)) dan tidak saling merugikan (dalil Alquran surah Yunus (10: 19) )). Manusia diciptakan sebagai makhluk yang berakal untuk mencapai, mengatasi dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik (Quran dalil al-Israa’ (17:70), Qaf (50:6), Abbas (80:24-25) al-Arad (13 :15) )). Manusia memiliki potensi untuk berubah menjadi lebih baik di masa depan (argumentasi Alquran dalam Kitab Ibrahim (14:1), Al-Hasir (59:18)). Manusia diciptakan memiliki potensi dan kemampuan sebagai khalifah di muka bumi (dalil Al-Qur’an, QS al-Baqarah (30)) karena mampu bernalar dan berpikir (dengan ilmu yang luas) guna melakukan kehendak-Nya dan menjalankan ketetapan-Nya. (Argumen dari Al-Qur’an, surat al-Baqarah (31)).

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Sosial Dan Psikologis

Seseorang menjadi individu yang sehat mentalnya ketika lingkungan mendorong pengembangan potensi dirinya, terutama kemampuan berpikir rasional, objektif, realistis dan terlatih untuk memecahkan masalah secara efisien dan efektif, berdasarkan norma dan norma Islam. etika. Faktor tauhid merupakan prinsip utama dalam mengkonseptualisasikan pemahaman Islam tentang kesehatan jiwa. Karenanya setiap aspek pemikiran dan tindakan dalam kehidupan lahir dan batinnya harus berada dalam kesatuan tauhid (Khan, 1986). Peran agama dalam kesehatan fisik dan mental:

Kontribusi Psikologi Dalam Menghasilkan Kebijakan Publik Yang Berorientasi Kesehatan Mental

Hasil intervensi spiritualitas dan religiusitas telah terbukti mengurangi gangguan somatisasi, gangguan obsesif-kompulsif, depresi, kecemasan, agresi, fobia, ide paranoid, dan psikosis. Terapi restrukturisasi kognitif yang diintegrasikan ke dalam kehidupan beragama efektif dalam mengatasi masalah dan perbedaan agama pada kelompok populasi yang berbeda, seperti yang dilakukan Badri (1996) dan Hamdan (2008) dengan metode restrukturisasi kognitif, yang mampu mengurangi gejala depresi pada klien. Menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk mengubah pemikiran disfungsional dan keyakinan irasionalnya.

Kesehatan jiwa adalah kesejahteraan subjektif yang ditandai dengan kematangan emosi, kematangan sosial, kematangan intelektual, penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap keluarga serta komunitas sosial dimanapun berada. Agama diperlukan untuk memperbaiki keadaan psikologis dan perilaku klien karena didorong untuk kembali pada kehidupan spiritual dan ajaran agamanya. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang suci dan bertakwa dalam pandangan Islam.

You May Also Like

About the Author: wr5ku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *