Kesehatan Mental Pada Bayi – Sebagai bayi, kemampuan anak dalam mencerna makanan masih berkembang dan belum sempurna. Kondisi tersebut membuat bayi sangat rentan terhadap berbagai masalah pencernaan. Padahal, konsumsi makanan sangat penting untuk pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, sebagai orang tua, sebaiknya sahabat Hermina mengetahui gangguan pencernaan apa saja yang sering terjadi pada bayi dan bagaimana cara mengatasinya.
Meski sering terjadi, sangat sulit untuk mengetahui gangguan pencernaan pada bayi. Pasalnya, bayi yang belum bisa berbicara atau mengalami kesulitan bicara, tentunya belum bisa mengetahui gejala apa yang dirasakannya dengan benar. Mereka hanya bisa menangis dan terlihat lemah.
Kesehatan Mental Pada Bayi
Sejak lahir, sistem pencernaan bayi belajar mengolah asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Karena sistem pencernaannya masih dalam tahap perkembangan, bayi lebih rentan mengalami gangguan pencernaan.
Jual Buku Konseling Kesehatan Mental Karya Zainal Aqib
Bayi yang menderita gangguan pencernaan seringkali menunjukkan gejala berupa lekas marah, gas, mual, muntah, diare bahkan dehidrasi. Sejak usia 6 bulan, pemberian makan bayi tidak terbatas pada ASI saja. Susu formula, makanan padat atau MPASI (pengganti ASI) juga sudah dikenalkan pada si kecil sebagai asupan nutrisinya.
Nutrisi baru ini bisa menyebabkan sakit perut pada Si Kecil, karena sistem pencernaannya belum terbentuk dengan baik. Oleh karena itu, Sahabat Hermina sebaiknya mengetahui gejala gangguan saluran cerna pada Si Kecil untuk menentukan penanganan yang tepat jika muncul salah satu atau beberapa tanda tersebut.
Kolik ditandai dengan tangisan berlebihan. Kolik biasanya terjadi pada beberapa minggu pertama setelah bayi lahir dan berhenti saat bayi berusia 4 bulan. Bayi yang mengalami kolik menangis lebih dari 3 jam sehari selama 3 hari seminggu, minimal 3 minggu berturut-turut.
Gumoh normal karena kerongkongan bayi belum berkembang sepenuhnya. Selain itu, ukuran perutnya masih sangat kecil. Saat bayi makan terlalu banyak atau menelan udara saat menyusu, bayi bisa gumoh.
Kata Psikolog: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Saat Hamil
Gumoh biasanya akan hilang saat bayi berusia antara 6 bulan hingga 1 tahun, karena saat ini otot kerongkongan sudah dapat bekerja dengan baik. Gumoh pada bayi bukanlah keadaan yang mengkhawatirkan, asalkan tidak terjadi secara berlebihan atau dalam waktu yang lama, serta tidak menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya.
Gas pada anak bisa membuat mereka menangis dan menangis. Kondisi ini disebabkan oleh kurang berfungsinya sistem pencernaan anak. Anak yang menderita kembung biasanya memiliki gejala yang khas yaitu perut menjadi keras, sering bersendawa, kolaps dan sering kentut.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh cara makan dan minum Si Kecil yang terlalu cepat atau terlalu lambat, minum dari dot yang banyak gelembung udaranya, serta kebiasaan menghisap dari dot yang kosong. Mengonsumsi makanan yang mengandung gas, seperti brokoli, ubi, bawang bombay, atau kol, juga bisa menyebabkan kembung. Selain itu, ada juga kondisi lain yang bisa menyebabkan gas, seperti refluks asam dan intoleransi laktosa.
Sembelit / Sembelit cukup umum di kalangan anak kecil. Biasanya disebabkan oleh makanan pendamping ASI (MPASI), dehidrasi atau kondisi medis tertentu. Gejala sembelit pada bayi mudah dikenali, artinya si kecil tidak BAB minimal tiga kali seminggu, sulit buang air besar, dan tekstur fesesnya keras. Selain itu, perut mungkin terasa keras, kehilangan nafsu makan, terasa nyeri saat mengejan dan menangis setiap kali diminta ke kamar mandi untuk buang air besar (BAB). Untuk mengatasinya, sahabat Hermina bisa memberikan obat sembelit untuk anak-anak.
Vol. 7 No. 1a (2020): Med Hosp; Agustus 2020, Edisi Khusus Covid 19
Pada dasarnya, selama anak tetap mengonsumsi ASI, susu formula atau makanan semi padat, tekstur feses saat BAB cenderung lembek. Namun, Sobat Hermina harus waspada ketika si Kecil terlalu banyak buang air besar, feses cair atau banyak, karena bisa jadi si Kecil mengalami diare.
Diare pada bayi bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari infeksi parasit, bakteri atau virus, alergi terhadap makanan atau obat tertentu, terlalu banyak minum jus buah hingga keracunan makanan.
Konsultasi ke dokter merupakan cara paling efektif untuk mengatasi gejala gangguan pencernaan pada bayi. Jika gejala yang muncul tidak kunjung hilang, jangan ragu untuk menghubungi dokter kecil Anda untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Biasakan menyusui atau menyuapi anak dengan posisi lebih tegak, dan pertahankan posisi ini selama kurang lebih 20 menit setelah menyusu atau menyusu. Hal ini dilakukan untuk mencegah susu dan makanan naik kembali ke kerongkongan. Pastikan juga si kecil tidak makan atau minum terlalu cepat.
Adaptasi Psikologi Pada Bayi Ok
Jika si kecil kembung, pijat perutnya dengan lembut untuk menghilangkan gas atau membuatnya merasa lebih baik. Plus, sahabat Hermione juga bisa menggosok punggung si kecil. Caranya adalah dengan meletakkan si kecil di tempat tidur atau di pangkuan Anda dengan perut menghadap ke bawah atau telungkup.
Jika si kecil menderita sembelit, lebih baik berikan dia makanan kaya serat. Utamakan asupan serat dari buah atau jus buah, seperti apel atau pir. Selain buah, Anda juga bisa memberikan si kecil roti gandum.
Jika Si Kecil mengalami diare, hindari makanan yang dapat memperburuk gejala diare, misalnya makanan berlemak, makanan berserat tinggi, makanan pedas dan asam, produk susu olahan, dan makanan manis. Jika si kecil masih minum ASI, sebaiknya Anda juga tidak mengonsumsi makanan yang berbeda tersebut.
Jika Si Kecil mengonsumsi susu formula, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter untuk mempertimbangkan beralih ke susu formula. Misalnya dengan protein protein terhidrolisis sebagian (partially hydrolyzed protein). Meski masih dalam penelitian, susu jenis ini dinilai memiliki formula protein yang lebih lembut, sehingga mudah dicerna dan diserap tubuh anak. Selain itu, seorang ibu juga bisa memilih susu rendah laktosa.
Penyakit Pada Bayi Prematur. Ketahui Tanda Tanda Dan Pencegahan
Namun jangan lupa, perhatikan kandungan gizi susu formula, seperti kalsium, zat besi, omega 3, asam folat, vitamin B1, B6 dan B12, agar dapat memenuhi kebutuhan gizi anak karena tumbuh kembang dan si kecil. kecerdasan seseorang dapat optimal.
Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan sesuai untuk si Kecil, demi menjaga kesehatan sistem pencernaannya. Ajak juga si kecil untuk selalu aktif, baik berolahraga maupun bermain, untuk mendukung pencernaan dan pertumbuhannya, kita mungkin berpikir bahwa bayi tidak pernah mengalami stres atau depresi. Banyak orang tua berpikir bahwa anaknya akan selalu baik-baik saja dan bahagia. Namun pemikiran itu ternyata salah. Penelitian menunjukkan bahwa bahkan ketika anak-anak masih bayi dan balita, mereka bisa mengalami depresi.
Faktanya, penelitian menemukan bahwa bayi menunjukkan tanda-tanda perasaan cemas dan depresi. Para ahli telah menemukan bahwa ada hubungan atau konektivitas otak dengan kecemasan, kesedihan, dan rasa malu pada bayi.
, menyatakan bahwa depresi atau kecemasan pada bayi dapat memengaruhi kesehatan mentalnya. Efek ini akan terlihat ketika ia masih kecil hingga dewasa.
Pentingkah Mengecek Gula Darah Pada Bayi?
Para ahli juga menemukan bahwa kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Ia juga dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya. Meskipun ketika bayi seseorang menunjukkan gejala depresi, gejala tersebut dapat menghilang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Konektivitas otak dengan kecemasan dapat menurun seiring bertambahnya usia anak. Itu tergantung pada lingkungan dan pengalaman anak.
“(Pola konektivitas otak) dapat menunjukkan koneksi di berbagai bagian otak anak. Ini dapat memprediksi koneksi gejala masalah sosial di masa depan. Namun, pengalaman dan lingkungan saat anak tumbuh dan berkembang juga dapat mengubah konektivitas itu. Gejala menurun atau meningkat. Ini mengurangi atau meningkatkan potensi masalah mental di masa depan.” kata Cynthia Rogers, seorang psikiater di University of Washington, Amerika Serikat.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan mentalitas anak. Sikap dan perilaku orang tua juga bisa membuat anak lebih bahagia atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena orang tua merupakan lingkungan dan guru pertama bagi anak.
Para ahli menyarankan agar orang tua memberikan kebahagiaan penuh kepada anak-anak mereka. Memberi diri sendiri kebahagiaan ini bisa dilakukan dengan banyak cara. Namun yang terpenting, koeksistensi dan kedekatan antara orang tua dan anak harus baik. Penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang dekat dengan orang tuanya lebih cenderung bahagia, merasa aman dan nyaman dalam hidup. Koeksistensi yang baik dengan orang tua juga memungkinkan anak memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik dan cerdas.
Kesehatan Mental: Depresi Perinatal, Pembunuh Senyap Yang Mengintai Keselamatan Jiwa Ibu Dan Anaknya
6 Kemewahan Song Hye Kyo di Fendi Milan Fashion Week, Tampil dengan Rambut Kepang dan Poni Depan Dibalut Coat Abu-abu
Melihat iklim inklusi di empat pekan mode global, menghitung berapa banyak model berukuran plus yang dibawa ke landasan pacu
Sepuluh artis gaya dari Korea Selatan menghadiri Milan Fashion Week, dari IU ke sana, mereka memakai 8 juta pakaian dua kali
Diary: Dream skincare premiere Gen Z untuk mengalahkan kulit kusam dengan konsep minimalis dan harga terjangkau
Sehat Mental Dan Bahagia Menjalankan Peran Sebagai Ibu
8 Potret Transformasi Titi Kamal Muda Berambut Pendek, Diberi Nama Mirip Song Hye Kyo masalah mental.”
, Jakarta – Seseorang yang mengalami gangguan jiwa terkadang khawatir masalah ini juga bisa muncul pada anaknya. Entah itu gangguan jiwa yang sama atau yang berbeda. Perlu diingat bahwa kebanyakan penderita gangguan jiwa tidak memiliki anggota keluarga dengan penyakit jiwa yang sama.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam keluarga. Misalnya orang tua yang memiliki gangguan jiwa pada anaknya. Singkatnya, genetika adalah faktor yang memicu masalah ini.
Penyebab gangguan kesehatan mental tidak sepenuhnya dipahami. Juga, bagaimana kelainan itu bisa diturunkan dalam keluarga, seperti dari orang tua ke anak.
Jurnal Dedikatif Kesehatan Masyarakat
Hanya suatu kondisi yang dapat diturunkan dalam keluarga melalui gen, yang disebut “warisan”. Gangguan kesehatan mental mungkin bergantung pada gen seseorang dan anggota keluarganya. Namun, gangguan kesehatan mental terjadi dalam keluarga karena alasan yang beragam dan tidak dapat dijelaskan, bukan hanya faktor genetik.
Sekitar satu dari lima orang dewasa akan melakukannya