Kesehatan Mental Remaja Menurut Who – Selamat datang di website resmi (Perhimpunan Psikiatri Indonesia). Kemajuan dalam ilmu dan teknologi kedokteran telah memungkinkan dokter pada umumnya, dan psikiater pada khususnya, untuk memberikan layanan perawatan kesehatan profesional.
Pemerintah mengumumkan sehari yang lalu bahwa ada kasus korona yang tercatat di Indonesia. Segera setelah itu, reaksi berbeda muncul di masyarakat dan terlihat bahwa ANXISM dengan cepat mengambil alih semua orang yang memaksanya untuk berperilaku: membeli masker, desinfektan, bahan makanan, banyak orang bertopeng di tempat umum, dll. Kecemasan adalah fenomena emosional yang alami. reaksi yang disebabkan oleh situasi tak terduga yang diyakini menimbulkan bahaya.
Kesehatan Mental Remaja Menurut Who
Kecemasan akan memicu respon tubuh untuk segera mengambil alih perlindungan untuk menjamin keamanan. Reaksi emosional cemas ini positif dan baik jika dirasakan dan disikapi dengan baik. Namun jika responnya berlebihan atau reaktif, maka akan menimbulkan gangguan kecemasan (ANSIETAS), yang ditandai dengan gejala sebagai berikut:
Kenali Definisi Kesehatan Mental Dan Cara Menanganinya
1. Reaktif Sikap mental yang ditandai dengan reaksi cepat, tegang, agresif terhadap keadaan yang timbul dan menimbulkan kecemasan, panik.
2. Tanggung Jawab Sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang, terukur, memikirkan apa yang perlu dilakukan dan memberikan respon yang tepat dan wajar. Ketika seseorang memilih REAKTIF daripada REAKTIF, itu akan mempengaruhi kehidupan mentalnya dan dapat menyebabkan gangguan kecemasan (anxiety). Sikap mental yang sesuai memiliki fase:
2. Pikirkan: Periksa fakta yang valid dari sumber yang dapat dipercaya, hindari informasi yang salah, berlebihan, yang menyebabkan kecemasan berlebihan.
4. Refleksi: Memikirkan apa yang telah dilakukan, menilai situasi saat ini dan mempersiapkan tanggapan selanjutnya.
Benarkah Remaja Rentan Alami Gangguan Mental? Ini Kata Pakar Unair
Kita semua takut dan khawatir menghadapi virus corona ini, namun rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mengakibatkan terganggunya kondisi mental kita. Hati-hati, tapi tenang. HINDARI juga penyebaran informasi yang belum kita ketahui kebenarannya, informasi yang dapat menimbulkan kepanikan karena “ketakutan menyebar lebih cepat daripada virus itu sendiri”.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik! Jika Anda mengalami gangguan kecemasan (anxiety), hubungi ahli kesehatan jiwa terdekat seperti psikiater, perawat kesehatan jiwa, psikolog, dokter umum terlatih, pekerja sosial dan konselor untuk mendapatkan pertolongan segera.
Paradigma pengobatan skizofrenia saat ini telah berubah, termasuk pilihan terapi antipsikotik suntik atau yang disebut atipikal antipsikotik long-acting injectable (aLAI). Yuk, ikuti e-course terbaru PENCEGAHAN SKIZOPHRENIA KEMBALI untuk menambah pengetahuan dan keterampilan Anda dalam menghadapi penderita skizofrenia! BEBAS! Dapatkan 6 IDI SKP dan Sertifikat Gratis! E-course ini dipersembahkan oleh Ikatan Psikiater Indonesia () bekerja sama dengan Allomedica dan didukung penuh oleh Johnson & Johnson., Makassar – Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari kaum muda, dan 80% dari mereka tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus tahun 2005 di Indonesia, jumlah pemuda usia 10 sampai 19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari total penduduk Indonesia pada tahun yang sama). Di era globalisasi ini, banyak tantangan yang harus dihadapi remaja yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia, termasuk yang tinggal di pedesaan, seperti tuntutan sekolah yang semakin meningkat, komunikasi/internet yang bebas, serta media penyiaran, baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik.. Mereka dituntut untuk menghadapi kondisi tersebut, baik positif maupun negatif, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Oleh karena itu, generasi muda harus memiliki keterampilan hidup yang berbeda agar dapat berhasil secara optimal melalui tahapan ini.
Masa remaja merupakan masa kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Selama ini banyak perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak lagi bisa dikatakan anak-anak, tetapi juga tidak bisa dikatakan dewasa. Hal ini terjadi karena pada masa itu banyak terjadi perubahan yang bergejolak, baik secara biologis, psikologis maupun sosial. Dalam keadaan tanggung jawab, hal ini sering menimbulkan konflik antara anak muda dengan dirinya sendiri (konflik internal) atau jika tidak diselesaikan dengan baik akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak muda tersebut di kemudian hari, terutama pendewasaan karakternya. dan sering menyebabkan gangguan psikologis.
Kena Mental, Remaja Makin Banyak Alami Gangguan Jiwa
Untuk mencegah dampak negatif tersebut, perlu diketahui perubahan yang terjadi dan karakteristik remaja, sehingga remaja dapat melewati masa ini secara optimal dan menjadi individu yang matang baik secara fisik maupun mental. Pada tahun 2001, WHO menekankan bahwa dunia ramah anak adalah dunia di mana semua anak, termasuk remaja, memiliki kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kapasitas individu mereka dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Masa remaja adalah masa yang ditandai dengan perkembangan pesat dari aspek biologis, psikologis dan sosial. Kondisi ini mengakibatkan berbagai disharmonisasi yang memerlukan keseimbangan agar remaja dapat mencapai tingkat perkembangan psikososial yang matang dan memadai sesuai dengan usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan individu, sehingga setiap remaja diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkannya secara wajar menghadapi tantangan hidup di lingkungannya, namun potensi tersebut tentunya tidak akan berkembang secara optimal jika tidak didukung oleh faktor fisik dan lingkungan yang memadai.
Oleh karena itu, akan selalu ada faktor resiko dan faktor protektif yang terkait dengan pembentukan kepribadian remaja yaitu;
Hari Kesehatan Mental Sedunia
Bisa bersifat individual, kontekstual (pengaruh lingkungan) atau dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai kerentanan dan resiliensi psikososial pada remaja akan menimbulkan gangguan emosi dan perilaku khas remaja.
Faktor genetik/konstitusional; Berbagai gangguan jiwa memiliki latar belakang genetik yang cukup jelas, seperti gangguan perilaku, gangguan kepribadian, dan gangguan jiwa lainnya.
Kurangnya keterampilan sosial seperti mengatasi rasa takut, rendah diri dan merasa tertekan. Perilaku kekerasan diyakini sebagai perilaku yang dapat diterima dan disertai dengan ketidakmampuan mengelola amarah. Kondisi ini menyebabkan
Ketidakharmonisan antara orang tua dan anak, penyalahgunaan zat, gangguan jiwa pada orang tua, ketidaksesuaian temperamen antara orang tua dan remaja, serta pola asuh yang tidak empati dan cenderung mendominasi, semua kondisi tersebut seringkali menimbulkan perilaku agresif dan temperamen yang sulit pada anak dan remaja.
Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Remaja
Bullying merupakan pengaruh peer group yang kuat dan berdampak pada kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko serius bagi kaum muda. Bullying atau sering disebut dengan peer victimization adalah suatu bentuk pemaksaan perilaku atau upaya untuk menyakiti secara psikis atau fisik seseorang/kelompok orang yang lebih lemah, oleh seseorang/kelompok orang yang lebih kuat.
Bullying dapat berupa (a) fisik, seperti mencubit, memukul, membentak atau memukul; (b) psikologis seperti intimidasi, pengabaian dan diskriminasi; (c) lisan seperti umpatan, ejekan dan pencemaran nama baik. Semua kondisi tersebut merupakan pengalaman stres dan traumatis bagi kaum muda dan seringkali menimbulkan gangguan psikologis pada kaum muda. Perpeloncoan adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok yang lebih tua yang mencoba mengintimidasi kelompok yang lebih muda untuk melakukan berbagai tindakan yang memalukan, bahkan tidak jarang oleh kelompok yang lebih tua. penyiksaan dan pelecehan kelompok untuk menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan mental. Tindakan ini sering dilakukan sebagai prasyarat untuk masuk ke kelompok tertentu. Ritual kakek ini telah lama dilakukan sebagai tradisi tahun demi tahun sebagai proses inisiasi penerimaan seseorang ke dalam kelompok dan biasanya berlangsung singkat, tetapi tidak jarang menyebar dan menekan pemuda yang mengalaminya.
Bullying dan ambiguitas merupakan tekanan yang cukup serius bagi remaja dan berpengaruh negatif terhadap perkembangan remaja. Prevalensi kedua kondisi tersebut di atas diperkirakan sekitar 10-26%. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa siswa yang di-bully menunjukkan perilaku insecure, sulit bernavigasi, takut datang ke sekolah, sehingga tingkat absensi tinggi dan sulit berkonsentrasi di kelas, sehingga prestasi belajarnya rendah. ; tidak jarang mereka yang mengalami perundungan atau ambiguitas kemudian menjadi depresi dan bunuh diri.
Terbukti adanya hubungan yang erat antara terjadinya gangguan jiwa dengan perbedaan kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu, seperti kemiskinan, pengangguran, perceraian orang tua dan adanya penyakit kronis di kalangan anak muda.
Dosen Um Surabaya Bagikan 10 Tips Menjaga Kesehatan Mental Untuk Mahasiswa
Faktor pelindung adalah faktor yang memberikan penjelasan atas fakta bahwa tidak semua remaja yang memiliki faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosional, atau mengalami gangguan tertentu 10-11 Rutter (1985) menjelaskan bahwa faktor pelindung adalah faktor yang memodifikasi, mengubah atau membentuk respon seseorang untuk lebih kuat dalam menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor pelindung ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir masalah perilaku atau emosional atau gangguan mental yang terjadi di masa depan.
Menurut E . Menurut Erikson, dengan memperkuat faktor pelindung dan mengurangi faktor risiko pada remaja, kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang menjadi ciri mereka tercapai;
Kesadaran diri ditandai dengan rasa percaya diri dan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam konteks hubungan interpersonal yang positif.
Antisipasi peran dan eksperimen peran, yaitu dorongan untuk mengantisipasi peran positif tertentu di lingkungan seseorang, serta keberadaannya sendiri.
Dampak Gangguan Kesehatan Mental Pada Remaja
Produksi hormon testosteron dan estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan perilaku pada remaja. Selain munculnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dorongan seksual tersebut yang diwujudkan dalam bentuk pemujaan terhadap tokoh olah raga, pemusik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dll. pada.
Remaja sangat peka terhadap sikap teman sebayanya sehingga sering membandingkan dirinya dengan remaja lain yang sebaya, jika secara fisik berbeda dengan teman sebayanya maka dapat menimbulkan perasaan malu atau rendah diri.
Teman sebaya memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja. Interaksi sosial dan menjadi milik yang sederajat memainkan peran besar