Literasi Kesehatan Mental Remaja – Topik kesehatan mental sering muncul di berbagai platform media dan forum diskusi. Kesadaran masyarakat akan kesehatan jiwa masih rendah. Data Riset Kesehatan Dasar (RISCADS) 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta orang berusia 15 tahun ke atas menderita gangguan psiko-emosional dan lebih dari 12 juta orang berusia 15 tahun ke atas menderita depresi (Rokom, 2021).
Data ini menunjukkan betapa sedikit perhatian yang diberikan pada kesehatan mental, terutama di kalangan remaja. Padahal remaja merupakan subjek yang sangat rentan terhadap gangguan kesehatan jiwa karena emosinya yang masih labil. Lekas ββmarah, putus asa, rendah diri, kecemasan dan kekhawatiran berlebihan adalah beberapa gejala yang muncul akibat masalah kesehatan mental. Gejala-gejala tersebut seringkali menyerang remaja melalui berbagai variabel; Pengalaman traumatis, asmara, persahabatan, masalah keluarga hingga tekanan hidup. Oleh karena itu, masalah kesehatan jiwa menjadi penting untuk mendapat perhatian bersama.
Literasi Kesehatan Mental Remaja
Sekolah harus menjadi tempat yang memberikan ruang seluas-luasnya untuk mempromosikan kesehatan mental bagi siswanya. Misalnya, Swiss dan Singapura (
Pdf) Psikoedukasi Literasi Kesehatan Mental: Strategi Menjaga Kesehatan Mental Di Kampung Wisata
, 2021) adalah negara kesehatan mental terbaik ke-5 dan ke-7 di dunia. Kesehatan mental mendapat perhatian khusus di sekolah-sekolah di kedua negara.
Berbeda dengan Indonesia yang sebagian besar sekolah hanya bersaing untuk mendapatkan hasil akademik terbaik, tetapi mengabaikan kesehatan mental siswanya. Penciptaan karakter pada akhirnya terbatas pada jargon propaganda belaka. Siswa berada di bawah tekanan konstan untuk mendapatkan nilai bagus dari sekolah dan orang tua.
Menurut Nugroho (2022) β mengutip data Riskadas 2018, sekitar 6,2% penduduk Indonesia pada usia produktif berpotensi menderita gangguan jiwa depresi atau kecemasan. Orang yang menderita depresi dan kecemasan berlebihan harus segera diobati. Jika pengobatan ditunda terlalu lama, semakin parah dan penderitanya memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.
Lalu bagaimana agar terjadi kematangan emosi yang baik pada generasi muda? Untuk mendukung perkembangan mental yang sehat, lembaga pendidikan harus menyediakan lingkungan perkembangan yang positif dan kondusif bagi peserta didik dengan mendorong mereka untuk menghadapi segala tekanan atau tuntutan dari lingkungan sekitarnya.
Rekrutmen Promotor Mental Health Literasi Psikologi Indonesia
Sekolah dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan sekolah yang positif bagi perkembangan mental siswa. Pertama, sekolah perlu memasukkan materi tentang kesehatan jiwa dalam kurikulum sekolah. Konten ini dapat dilakukan melalui integrasi kurikulum atau dengan kurikulum. Kedua, sekolah harus menyediakan sistem komunikasi terbuka yang mengedepankan keterbukaan, kepedulian, keberanian dan keterbukaan hati.
Sistem komunikasi terbuka menjamin hak siswa untuk menyuarakan pendapatnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekolah sehingga siswa dapat dilatih kesadaran dan keberanian serta keterampilan untuk berbicara ketika ada yang salah dengan aturan main sekolah. Mahasiswa juga dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran terkait kegiatan pembelajaran yang dirasa berdampak pada perkembangan psikologisnya. Sistem komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk evaluasi berkala yang dilakukan oleh guru dan konselor sekolah melalui kuesioner.
Ketiga, sekolah harus selalu mengaktifkan guru di kelas agar memiliki jadwal khusus untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan siswa secara rutin tentang berbagai topik dan masalah yang menghambat pembelajaran siswa. Keempat, sekolah harus mampu memberikan layanan penyuluhan dan kampanye tentang pentingnya kesehatan jiwa kepada siswa. Layanan dan kampanye konseling ini menanamkan nilai-nilai empati, kepedulian dan kesadaran. Kegiatan ini memberikan edukasi tentang perubahan usia transisi, penyesuaian diri di sekolah, cara mengatasi stres dan masalah kesehatan jiwa, mengidentifikasi tanda-tanda gangguan jiwa dan cara mengakses layanan kesehatan jiwa, membantu mereka mengatasi kesulitan dan mengembangkan pendidikan Termasuk tentang keterampilan manajemen stres.
Pengalaman Sekolah Sukma Bangsa Aceh menunjukkan bahwa metode-metode di atas dapat membantu siswa melewati berbagai masalah dan tahapan penting dalam perkembangan kesehatan mental mereka. Kasus yang sering terjadi adalah masalah perilaku dan psikologis siswa yang bersumber dari masalah keluarga (perceraian orang tua). Masalah ini berdampak negatif pada perkembangan mental siswa. Efeknya tercermin dalam bentuk perilaku sehari-hari. Siswa menjadi anak pemarah dan menjadi kasar secara verbal, bahkan terkadang berkelahi dengan siswa lain.
Peran Kesehatan Mental Dalam Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi
Dalam kasus lain, dalam situasi di mana kedua orang tua berjuang untuk melibatkan siswa dalam perselisihan. Akibatnya, kebencian terhadap satu sisi tumbuh di kalangan siswa. Siswa juga menjadi murung dan tidak memperhatikan pelajarannya di sekolah. Dalam kedua kasus tersebut, sekolah menyediakan layanan konseling dan kesehatan jiwa, serta menerapkan sistem komunikasi yang efektif.
Pertama, layanan konseling individual yang diberikan adalah membantu siswa mengelola masalah dan situasi psikologis mereka, seperti keterampilan manajemen kemarahan, penegasan diri dan konsep diri yang positif, melakukan komunikasi yang efektif, dan memahami diri sendiri dan situasi. Kedua, dalam hal menciptakan lingkungan dengan sistem komunikasi yang efektif, sekolah menjadi perantara antara siswa dan pihak, serta orang tua.
Kedua belah pihak diajak untuk saling menerapkan nilai-nilai keterbukaan, kepedulian, keberanian dan kebesaran hati dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, dinamika sosial yang positif (saling menghargai, empati, keterbukaan, kemauan) yang terdapat di lingkungan sekolah turut memberikan rasa aman dan nyaman kepada siswa.
Dengan beberapa upaya tersebut di atas, siswa dapat mengembangkan keterampilan mengelola keadaan psikologisnya dengan baik; Siswa dapat mengendalikan amarahnya dan menjadi lebih tenang. Siswa juga meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan orang-orang di sekitarnya, meskipun tidak sesempurna sebelumnya.
Benarkah Remaja Rentan Alami Gangguan Mental? Ini Kata Pakar Unair
Mulai dari penerapan kesehatan mental ke dalam kurikulum, membangun sistem komunikasi yang efektif, hingga layanan dan kampanye kesehatan mental, berbagai metode yang dijelaskan di atas hanyalah contoh dari banyak pilihan yang dapat digunakan sekolah untuk mendukung perkembangan kesehatan mental siswa. dapat dilakukan . Tentu masih banyak cara lain yang bisa dijadikan alternatif. Upaya ini harus dilakukan pihak sekolah agar persiapan generasi emas Indonesia tahun 2045 mendatang menjadi generasi emas yang benar-benar sehat jasmani dan rohani.
Aib (Calon) Guru Besar π€ Bagong Suyanto Dekan FISIP Universitas Airlang π Rabu 22 Februari 2023, 05:05 WIB
Di kampus maupun di luar kampus, jabatan guru besar merupakan jabatan yang prestisius, membanggakan dan karenanya disegani oleh banyak…
Nama Samaran Keterbukaan Informasi Pemilu π€ Neni Nur Hayati Direktur Kemitraan Demokrasi dan Pemberdayaan Pemilu (DEEP) Indonesia, Wakil Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah π Rabu 22 Februari 2023, 05:00 WIB
Mengenai Kesehatan Mental Di Indonesia β’ Prosehat
Mengenai penyatuan peraturan, UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum tidak mengatur frasa yang berkaitan dengan …
Demokrasi dan Kekuatan Politik, Sebuah Kajian π€ Thomas Token Pureklon, Dosen Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan π Selasa 21 Februari 2023, 22:05 WIB